Rabu, 23 April 2014

Antara Introvert dan Ekstrovert


Orang berkata bahwa saya seorang ekstrovert karena luwes bergaul.
Saya berpikir bahwa saya seorang introvert.
Orang berkata bahwa saya aneh. Dan saya setuju. (Aneh dalam hal, pola pikir dan mmm.. Nyentrik mungkin ya...)


Ekstrovert dan introvert hidup berdampingan dalam tubuh saya. Mereka damai tinggal di dalam saya. Saya kan seorang pembosan. Jika saya lelah meng-Up energi dari dalam diri sendiri, maka saya bergabung dengan gerombolan lain untuk memperoleh energi dari luar, yaitu keramaian sekitar. Saya senang berada di keramaian yang mana saya tetap bisa menyelami diri saya sendiri sembari menikmati kegiatan para manusia sekitar. Cara mereka berbicara dan menyampaikan sesuatu, cara tertawa, cara mereka mengedipkan mata, bahkan cara mereka buang gas.


Kadang obrolan-obrolan ringan, remeh temeh, cetek dangkal, dan ga mutu, ga penting (contohnya obrolan dengan topik percintaan, oh people... Do we need to talk about love everyday? Don't you feel... tired, do you?) juga penting untuk istirahat, tidur, duduk, kemudian menatap jendela tak bertirai, menghirup nafas sejenak lalu menghembuskannya perlahan. Tapi alangkah memuakkannya jika tiap hari istirahat, tidur, dan duduk terus, bukan? We need something new! Butuh tantangan, berjalan lalu berlari pelan atau pun cepat. Trus mati. Udah. Ketemu deh sama malaikat sama Tuhan (kalau diizinkan). Selesai. Loh?


Oke. Well, sebenarnya saya mau menceritakan tentang pertentangan batin saya. Ehalaaaahhh... Jadi begini, gerombolan manusia tempat saya bergaul ini, orang yang baik-baik hatinya. Sangat baik. Sungguh baik. Dan saya cinta pada mereka. We should in love, right? Yeah.. Jadi hati saya cinta mereka, tapi sebagian dari saya tidak. 





Saya telah punya rumah di Jakarta. Jakarta dengan rumah. Jakarta dengan tempat saya kembali dan mengisi baterai. Jikalau saya kehabisan tenaga, saya pulang ke rumah. Saya bisa bercengkrama lama dengan Miss M, Mr. D, Mr. Do, Mr. T, Miss Ang, Miss A, Mr. B, Mr. R memainkan suatu permainan. Kartu! Flush! 
Miss M dengan blendernya yang mirip seperti gangsing, ia sangat hobi membuat jus jambu dan meramu muka dengan berbagai jenis bahan alami yang apabila dipadukan sebenarnya agak nggilani, tapi ya bagaimana lagi, manjur! Mr. D dengan gaya rambutnya yang necis dan logat bicaranya yang sangat Jogja, lucu sekali! Mr. Do dengan brewok tipis dan mata sayunya yang membahana dan cara bicaranya yang seperti remaja yang sedang nakal-nakalnya, juga seorang pelanggan setia koper ungu milik emakku. Mr. T yang sangat klenik dan tukang ngopi (sehari bisa 5 kali, damn you, kopi, kau membuat kami kecanduan, untung saya sehari maksimal tiga kali) tetua yang rajin memberi petuah-petuah hidup dengan caranya yang oldies sekali, oiya ia juga seorang pemijat punggung yang enak sekali. Miss Ang yang baik bijaksana dan sangat anggun dan seorang penggemar cabai hijau, membuat nasi goreng saja pake cabai hijau. Miss A yang suaranya tak kalah nyaring, dan tak kalah cepat, dan tak kalah penuh rentetan kata, tak kalah perihal kemampuan dan kecepatan bicara dari Miss M, sepertinya Miss A tak pernah habis tenaga kecuali ketika lapar atau sakit maag telat makan. Miss A juga adalah seorang pemijat yang baik. Mr. B yang tampan tinggi sangat besar juga brewokan, ia hampir mirip seperti Ridho Roma, well, suaranya kalau menyanyi lagu metal atau nada tinggi, bagus sekali, saya rasa ia seorang calon penyanyi tenar yang berbakat. Terakhir, Mr. R yang baik hati enteng mengantar ke sana-ke mari namun sungguh keterlaluan baiknya sehingga hampir tak ada celah baginya untuk menjadi seorang lelaki nakal sedikit saja, oh iya, dia diajari merokok oleh cecunguk-cecunguk yang telah saya sebut di atas. Lantas tenaga saya terisi kembali melihat dan mendengar mereka tertawa terbahak-bahak. Namun, ada sesuatu di dalam diri saya yang masih mengawang-awang di negeri antah berantah. "My mind, my brain, my otak" masih melayang tak punya tempat. Separuh diri saya melayang, dan separuhnya lagi telah menetap ke tanah, rumah. Lalu sesekali ia menjelajah ke negeri orang sendirian. Dan damai.



Ketika separoh diri saya mengawang, saya harus cepat menangkapnya (kalau tidak, nanti saya bisa jadi gila) dan kemudian merapikannya lalu saya simpan  di dalam kepala. Biarkan ia bermonolog sebentar, sesekali bertanya kepada seseorang jauh di luar sana, kemudian kembali bermonolog lantas menulis. Jadilah tulisan ini.



You give me space, i give you my heart. Hakpret.










Look at her vampire fang, oh shit! That's awesome. Hahaha. She's jomblo, fyi.



Oke. Thanks for watching.



Antara introvert dan ekstrovert.



"Pokoknya kalo kamu seimbang, kamu bahagia," kata Ajeng.





Jadi, Ajeng adalah ibukku (perihal: mengajari cara berbahagia)?
:O

4 komentar:

  1. Aku mau protes keras sama kalimat awal, "Introvert itu aneh"

    jadi seorang introvert itu ga aneh, kita cuma sedikit berbeda, kita bukan ga suka bersosialisasi, kita cuma butuh ruang privasi, kita bukan orang yang suka berhayal yang mengawang2, tapi lebih suka penyimpan dalam pikiran.

    jadi introvert itu ga aneh, kalian aja yang ga ngerti!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huahahah. Ini anehnya bukan soal introvert kok. Tapi soal yang lain.

      Introvert ga aneh.
      Cuma beberapa orang memang terlahir aneh atau nyeleneh. :]

      Hapus
  2. Antara Intovert sama ekstrovert berarti ambivert mbak ^_^ kayak aku ~~

    BalasHapus