Selasa, 10 Maret 2015

Cintaku Hanya Seharga Kopi Sasetan


Tuhanku sayang, hari ini saya berpuasa niat ingsun karenaMu.
Tuhan, Engkau kan tau, karena Engkau telah mengenalku begitu dalam dan akrab, saya ini sangat cinta dengan kopi. Sehingga jadi selama ini saya sering batal puasa dikarenakan kopi yang ngawe-ngawe di sana sini.
Baunya ya Tuhanku sayang... Wangi sekali...
Rasanya joss! Cespleng! Rasanya semua badan saya langsung gerak gegap gempita semua.
Rasanya, bokong saya ditendang berkali-kali dan berapi-api oleh si kopi.


Pokoknya hari ini Tuhan, puasa saya tidak akan batal lagi hanya karena secangkir kopi sasetan. Murahan sekali saya. Cintaku hanya seharga kopi sasetan. Malu sekali andaikata saya begitu. Pasti malu sekali! Malu. Malu. Malu. Malu-malu mau.


Maka saya ulangi, hari ini saya puasa niat ingsun karenaMu. Masak cintaku padaMu kalah dengan cintaku pada kopi. Saya tidak semurahan itu. Tidak Tuhan! Sungguh-sungguh tidak!


Jam habis dimakan menit.
Menit habis dimakan detik.
Detik habis dimakan waktu yang tak habis-habis.
Gelisahku dengan kopi pun tak habis-habis.
Sudah waktu dhuhur,
bagaimana kalau saya puasa bhedug saja ya Tuhanku sayang? Aduh... pliss... 
Tuhan maafkan aku, ahhh... Hamba khilaf. Kopi menggodaku, Tuhan tolong kuatkan imanku, mbak-mbak cantik di depanku sudah menyajikan kopi sasetan merek baru entah apa karena aromanya wangi sekali dan saya baru kenal baunya siang ini. 
Ah kopi ini setan. Mbak-mbak yang tadi baru saja lewat memang cantik tapi saya lebih kesetanan dengan kopi daripada mbak-mbak tadi.
Tuhan plisss tolong kuatkan imanku. Kuatkan cintaku padamu. Bukan pada kopi. Hamba tak sudi semurahan itu.
Cintaku padaMu tak semurahan itu!
Masak kalah dengan kopi?
Baru juga godaan kopi. Bagaimana dengan godaan lainnya? 
Oh Tuhanku sayang, selamatkan hamba.
Cintaku padaMu tak semurahan itu!


Namun perkaranya tak semudah itu!
Kopi dimana-mana.
Kopi masih dimana-mana.
Jalan ke sana kopi.
Jalan ke situ kopi.
Saya ada di pabrik kopi.
Saya dibayar untuk mengantar kopi-kopi sasetan yang sudah terseduh di cangkir kepada para pembesar.
Sudah waktu dhuhur, bagaimana kalau saya puasa bhedug saja ya Tuhanku sayang?


Henpon-ku berdering, ternyata istriku menelepon,
"Sabar ya sayang... Waktu dhuhur telah tiba, sebentar lagi. Sudah setengah jalan... Sabar ya sayang..."
Tuhan, Engkau menyelamatkanku!
Terima kasih ya Tuhanku, Engkau menolongku.
Engkau menciptakan istri sehebat itu.
Tentu aku lebih mencintai istriku daripada jahanam kopi-kopi sasetan itu.
Kugunakan logika berpikir, sudah setengah jalan, dan aku tak mau semurahan itu.
Cintaku tak hanya seharga kopi sasetan!