Senin, 22 November 2010

Jenis-jenis pengungsi dan relawan

setelah Merapi Effect 5 November 2010


Mari saya ceritakan mengenai berbagai jenis pengungsi dan relawan berdasarkan survey mata dan telinga saya―tenang indera-indera tersebut, masih normal nempel disaya. Jadi bisa dipercaya. Kecuali otak saya, karena belum diperiksa apakah agak sedikit rada rusak atau untung masih normal―. 

Oke, kembali ke topik awal. Pertama, saya sampaikan bahwa dampak dari efek merapi, sangat kencang, seperti angin “wuzz wuzz wuzz…” menyapu dan menghujani semua. Dan tentu efeknya adalah munculnya perubahan status warga, dari penduduk biasa jadi “Pengungsi” dan “Relawan”.


1. Pengungsi Asli
yang diharuskan dan dipaksa alam meninggalkan rumahnya karena keadaan yang masih “AWAS” dan berada di zona tidak aman. Dan akhirnya mereka diungsikan di―tentunya―tempat-tempat pengungsian. Namun ada pula pengungsi yang minggat ke hotel atau ke silaturahmi ke rumah saudaranya. Hem, disini tidak akan dibahas mengenai nasib pengungsi beruntung karena mereka sudah beruntung. Disini hanya akan dibahas Pengungsi Asli ngenes.

Karena mereka pasti membutuhkan relawan karena memang datangnya mereka hanya bermodal jiwa dan raga, tanpa duid―masih berharap masih ada ATM tersisa bagi ‘Pengungsi Asli ngenes’ di pengungsian? Nonsense.


2.
Pengungsi Jadi-Jadian
Mereka adalah pengungsi yang levelnya dibawah pengungsi asli. Mereka lebih bersifat agak kurang diharuskan. Ada dua status pengungsi jadi-jadian, yaitu penghuni asli jogja yang punya rumah di jogja, dan anak-anak kost yang nelangsa. 


Jadi begini, mereka ketakutan, phobia, freak, termehek-mehek dengan keadaan sekitar, dan tidak kuat terhadap tekanan baik dari kondisi kejiwaan, lingkungan sekitar, ataupun pihak keluarga yang mengancam semacam ini, 
“Kalau tidak pulang, saya pecat kamu jadi anak! Pulang cepet!” 
Oh God… 
ada juga tambahan alasan pengungsi jadi-jadian ini yaitu memanfaatkan waktu libur yang diberikan kampus mereka, lalu mereka “cling” mengungsi. Oh ya satu lagi tertinggal, pengungsi jadi-jadian yang terusir secara paksa disebabkan ibu kos minggat tak bertanggung jawab* Sakke… Ada saja alasan mereka untuk mengungsi.

 

Nah, berikutnya akan dibahas mengenai perubahan status penduduk biasa menjadi relawan. Namun disini hanya dibahas penduduk berstatus anak kuliahan saja, karena mengingat saya dan sekitar adalah anak kuliahan juga*ingat sumber analisis ini adalah berdasarkan mata dan telinga saya yang masih menduduki jabatan anak kuliah.


1.
Relawan Sejati―menempati posisi satu

Jadi relawan jenis ini berhati emas. Berjiwa sosial tinggi―dan mungkin dalam dunia kayangan mereka diangkat menjadi dewi kwan-im, sang penolong. Murni memang, dari awal sudah terpanggil jiwa sosial tingginya untuk terjun langsung tanpa pikir panjang, setelah ada lowongan pertama kali untuk menyandang gelar relawan. Jenis ini update terhadap sekitar.

Relawan ini menjadi sejati karena mungkin―mungkin lho mungkin―, ia termasuk pengungsi asli, yang kudu meninggalkan rumah, lalu jiwa raga serta hatinya makin tersentak dan berenergi 200% bergabung dalam komunitas relawan sejati.

Daya juangnya mungkin sampai titik darah penghabisan sampai hal pengungsian bersih tuntas.



2.
Relawan Duapertiga
Relawan yang masih berhati emas dan ada sedikit karat. Sedikit. Jadi mirip seperti pelarian. Kemungkinan dia jadi relawan adalah karena;  
dari pada useless di rumah 
· mencoba pengalaman baru, mumpung musim jogja attack, dan mumpung masih di Jogja juga*kapan lagi ada kesempatan emas seperti ini 
· menginginkan keadaan yang lebih terasa aman di posko pengungsian dari pada di rumah/kosannya 
· sangat ingin suasana ramai karena tidak ingin sepi di rumah /kosan yang kosong
· perluas link untuk pertemanan 
· ikut-ikutan, ramai-ramai bebarengan 
· siapa tau dapat makanan gratis disana, keuangan lagi mepet 
· sembari menunggu diusir ibu kos 
· sekalian menunggu hingga orang-orang sekitar menyandang status ‘pengungsi jadi-jadian’ kemudian ia pun pada akhirnya menambah data jumlah ‘pengungsi jadi-jadian’.  
· ada tambahan?

Daya juang jenis ini sesuai dengan angkanya, yaitu duapertiga dari satu. Tentu sumbangsihnya adalah antara duapertiga hingga setengah.



3.
Relawan Sepertiga―hingga hampir menuju titik nol

 Untung masih ada hati. Relawan jenis ini memang agak sedikit kebangetan. Namun masih bisa disebut sebagai relawan karena apapun tujuannya, ia masih mau mengabdikan diri sebagai relawan. Jalan-jalan, cuci mata cari-cari wajah sumringah cerah sana-sini, atau bahkan mungkin ada yang benar-benar niat, sampe relawan/relawati pun dijadikan kecengan.

Sedangkan daya juang jenis ini jumlah hari yang didapat mungkin antara satu sampai tiga hari. Atau jika memang niat banget, bisa tahan sampai masa pengungsian habis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar