Rabu, 26 Februari 2014

Sebongkah Es Krim



Abangku datang sambil membawa es krim kesukaanku tepat ketika adzan magrib berkumandang. Memang, aku yang meminta padanya sebelum ia pulang ke rumah, "...tolong belikan aku es krim Magnum Infinity kalau abang pulang nanti... Selain Magnum Infinity, aku tak mau. Kalau tak ada, tak usah belikan sajalah. Terima kasih abangku sayang..."


Lalu, ia sungguh-sungguh berhasil membawa pulang sebatang Magnum Infinity yang rasa coklat pahitnya kusuka tetapi abangku tak suka. Dan aku belum solat. Aku juga belum mengaji. Tentu sajalah aku menerima es krim itu dengan senang hati. Kuletakkan es krim di atas meja kamarku (aku tak punya kulkas kawan) lantas aku menunaikan ibadah solatku. Selesai solat, tentu aku berdoa kepada-Nya, 
"Wahai Tuhanku Yang Maha Baik, apabila aku melanjutkan zikir panjangku kepada-Mu lantas kulanjut mengaji (ini pasti bukti bahwa aku lebih cinta Kau daripada es krimku, bukan?), akankah Engkau sudi tak akan membuat es krim di atas meja itu tak meleleh? Terima kasih Tuhanku Yang Maha Baik." Dan aku melanjutkan doaku yang ndremimil demi cintaku pada-Mu ketimbang cintaku pada sebongkah es krimku. 
Namun aku juga menaruh harapan besar kepada es krimku agar ia tak meleleh. Aku benar-benar ketar-ketir.



:::: Diceritakan setelah Bang Andik datang membawa 1 Magnum Infinity pesanan saya. Ini bukan bagian dari iklan Magnum Infinity. ::::

3 komentar:

  1. sekelebat berharap, penulis selalu mengadu, dg begitu, hariku yang abu-abu bisa sedikit berwarna warni XD #jahat

    BalasHapus