Minggu, 05 Desember 2010

Third Was Being The First

4 April 2010 
 
Menikmati diri sendiri, memang sendiri!

Minggu. Ke Pasar Ngasem kulabuhkan jiwaku sementara.  Enam jam. Mulai pukul sembilan pagi, hingga tiga sore. Sekitar Ngasem kusinggahi. Termasuk jajanan Ngasem pun saya icip. Jus pinggir jalansebelum mampir mushola numpang duhurandan siomay Kang Ujang mengisi kosong perut.

Roll ketiga adalah awal keberhasilan pengawinannya dengan analog Anin, setelah roll pertama dan kedua gagal. Monggo disimak hasilnya yang tidak begitu apik dan ada beberapa yang tidak fokus.
 -----------------------------------------------------------------------


Kayu Bakar, agak meniru gaya posisi Rangga Dhira Wraspati memotret kayu bakar ini. Hasilnya beda. Masih bagusan punya Rangga. Yah maklum, namanya juga pemula
 -----------------------------------------------------------------------

Burung apaan ni namanya? Ga ngerti. Ngambil capture ini capek kepanasan. 1/4 jam mungkin ada. Jongkok melulu.
Tubuhmu sayang, kepotol bagian kepala lucumu...
-----------------------------------------------------------------------

  
Saya suka. Ada bagian terbayang-bayangnya. Sayang ga fokus. 
Ini dia JAGO-ku... Ini bagian terkeren setelah aku menjepretmu berkali-kali. I catched!  Cepret. Dapat!
-----------------------------------------------------------------------
Lucuuu... sayang ga gitu fokus juga.
Nah ini dia juga imut. Sayang juga ga fokus.
-----------------------------------------------------------------------



Berbekal ransel hijau lumut agak pudar―wajar sudah hampir 5,5 tahun aku memilikinya, kain kanvas yang apabila saya mengenakannya, akan terlihat makin macho. Bersinergi dengan sapaan sambil lalu seperti, “Hai Fel, mau perang ya?”, jika saya mengenakannya dengan gagah. Maklum, ia seperti tas tentara dimodif agak keren―, kamera SLR Analog EOS Rebel pinjaman untuk keperluan mata kuliah pilihan Fotografi Arsitektur satu semester, sandal jepit pink dilengkapi kaus kaki berjari 5, pink pula, Jilbab Pink dan kemeja biru garis-garis pink.


Sebenarnya, tugas itu harusnya dilaksanakan siap grak Sabtu pagi. Namun, saya tertinggal. Mereka berhasil hijrah Sabtu pagi, sedangkan saya masih sangat susah bangun pagi saat itu. Minggu pun tak terelakkan saya pilih secara mandiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar