Jumat, 03 Desember 2010

Sparkle!


PART 2
 
Ibu itu, Endang namanya. Endang Sukamti?

Tentu saja bukan! Saya sempat sekilas melihatnya sebelum 25 November 2010 kemarin, tepatnya mungkin 12 Desember 2009. First time I saw her.

Wow, ingatan saya tentang angka-angka ternyata lumayan apik. Mungkin juga adalah saat pertama kali saya merasa berbinar-binar bertemu Mr. Napoleon di depan rumah 147B, yang tentu saat itu masih belum direnovasi.





Entah setan apa yang merasuki darahku hingga ia mengalir bebas segar dan “ser-ser-ser….”. Mataku seperti dipenuhi kilatan cahaya. Ganas. Ingin menerkam. Mungkin efek dari pengaruh setan alas itu―sungguh! Keadaan sekitar rumah 147B itu, sangat angker! Peteng, remang-remang dengan sedikit cipratan cahaya lampu neon jalan sekadarnya. Akan sangat dramatis sekali jika bisa dibumbui suara raungan kodok “kang-kung-kang-kung”, meong “miaawwww”, dan curut “cit-cit cit” sambil memicingkan sipit mata merah saganya, padaku, sinis.― Ditengah remang itu, saya kasak-kusuk dengan teman boncengan saya, Alfu Laila.

“Benar ini rumah yang kita tuju?”
“Saya pikir sangat amat benar. 147B. Namun sepi.”
Tap tap tap tap. Jeder!!
“Fel? Ya Allah… Sik-sik” suara Mr. Napoleon muncul dari balkon atas, yang saat itu masih biasa saja bagiku. Tak ada bagus-bagusnya. Sama sekali. Dan dia hanya nampak siluet saja. Samar-samar.




Oh God… Untunglah benar ini rumahnya. Jikalau tidak, saya pasti akan sangat senang bersumpah serapah ria, 10.00 P.M. mencari rumah dari alamat yang sekiranya cukup lengkap namun sungguh bangsat! Rumah itu terjepit diantara gelap, harus melalui beberapa tempat mirip lokasi syuting film horror. Bengkel yang masih ada beberapa sisa body mobil rusak. Kebun pisang yang gelap. Brrrr….




Kami, memposisikan diri agak jauh dari pintu rumahnya. Takut dan malu kalau-kalau orang tuanya tau, ada dua wanita sangat tidak waras iseng mampir rumah Mr. Napoleon malam-malam tanpa membawa buah tangan apa pun―oh lupa, ada! Satu susu bantal ABC rasa kedelai, kesukaan saya, saya ambil cepat ia di Indo*aret Jalan Magelang.




Yup! Memang jam sekitar itu, kami berada di sekitar lokasi rumahnya, mencicip lenyat Mie Aceh Bungong Jeumpa. Efek pedas kilat Mie Aceh, otakku bekerja reflek, tersirat secara spontan, ‘Cari rumah Mr. Napoleon sekarang!’ Bermodalkan pesan elektronik alamat rumah Sinduadi Mlati Sleman 147B rumah Pak Suyadi. Sukses tanpa bertanya orang sekalipun. Dan sukses pula tertangkap basah oleh Bu Endang dalam remang cahaya malam depan rumahnya. Tentu saja beliau menganggap kami dua wanita aneh muncul seketika bak withces tengah malam. Menemui anak lelaki bungsunya―lelaki yang berkesan tidak ada harapan memiliki teman wanita sama sekali. Namun, baiknya, kami tidak diusir atau dimaki-maki. Justru kami sangat dihargai. Kami diupah, sebungkus nasi berkat. Kami bawa pulang, dan Alfu memakannya sampai kenyang. Alfu, Si kurus dengan lambung besar.




Menemukannya dalam gulita. Ia, Mr. Napoleon keluar mengenakan kaos putih lengan panjang dan sarung. Oh, Sarungan Man! I like it. Dia bercahaya!―Pakaian dan sarungnya berwarna putih nampak seperti poc*ng muncul di kegelapan. Tentu saja.―Cahaya itu sampai merobek mengais bola mataku. Silau. Sakit. Kaku.

Untukmu dariku.



“Tolong habiskan susu bantal ini!”


****


NB: Benar! Bahwa saat saya beride mencari rumahnya adalah murni iseng. Saya tak ada rasa sama sekali padanya. Wong saya juga berteman sudah lama. Tahunan. Satu setengah tahun mungkin saat itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar