Rabu, 10 November 2010

Bundaku Cintaku

                           Emak & Babe

Hanya satu kata untuk bundaku. Cinta. Ibuku bukan lah ibu yang tanpa kesalahan atau apa, namun bagiku, ibuku lah wanita terhebat, ibu terhebat, istri terhebat dengan kesalahan-kesalahan kecilnya. Bahkan aku pun terpesona dengan kemampuan ibu mengatur segala urusan rumah tangga dan pekerjaannya. Ingin aku seperti beliau*walau sebenarnya pernah kesal juga dengan ibuku*.

Bundaku berjiwa pemimpin. Sosoknya banyak disegani orang. Pintar berbicara dan menempatkan diri. Beliau berani terhadap siapa saja yang bersalah. Namun sebenarnya ibu agak takut menghadapi kemarahan ayah. Wajar, karena hati ibu tidak kuat jika ayah bertambah marah. Sakit katanya. Mending ibu diam saja agar ayah tidak bertambah marah.

Sering ibu menangis di depanku. Sedih rasanya. Hati ini “nyos....”. kadang ibu tidak dewasa menghadapi persoalan. *Cieee....kaya aku dewasa saja.* Ketika gundah, sedih, dan sakit, logika tidak berjalan. Ya mungkin aku belum pernah mengalami apa yang ibu alami. Jadi mudah untuk berkata “tidak dewasa”.

Ibuku sosok yang kuat dan tangguh. Sekarang pun—bahkan dari dulu—ikut membanting tulang membantu ayahku untuk menghidupi keluarga kami hingga kami pun bisa bersekolah. Kebetulan keluarga kami, keluarga ayah dan ibu, dasarnya memang dari keluarga ekonomi menengah ke bawah.—Adikku Aves kuliah semester 3 dan Adikku Ina SMP kelas 3 akan SMA. Dan aku kuliah semester 5. Untung sekolah kita adalah negeri. Karena ibuku berprinsip, “nek ora ketrimo negeri, ora tak sekolahke!”— Sekarang ibu makin sibuk dengan kerjaannya yang dimana-mana. Mengajar sana sini untuk menambah penghasilan. Semarang-Magelang-Pati-Kudus-dan ditambah riwa-riwi untuk penelitian Jakarta-Cilacap-Jogja. Ibu juga ikut penelitian yang kalau berhasil bisa dapat duid tambahan lebih banyak. Alhamdullillah...

Ibuku, ibu pekerja keras. Demi membanting tulang, ibuku sampai jarang bertemu ayahku, katanya “kudu rela berkorban”. Demi kita kah? Anak-anaknya yang begitu beliau cintai? Subhanallah...Ibuku....Sangat menyayangi kami anak-anaknya sampai sebegitunya. *Tapi ya sebenarnya kewajiban ibu melayani bapak, bukan berarti ibu tidak melayani lho...* Kami sampai tidak tega melihat ibu membanting tulang seperti itu dengan kami yang malah bermalas-malasan. Oleh karena itu, kamipun harus mampu membahagiakan ibu sebagai balasannya. Balasan yang tak akan pernah sepadan dengan apa yang dilakukan ibu untuk kami. Terima kasih ibu...

Aku pernah bertanya pada ibuku....”Kapan bu, bapak ibu pergi haji?” Pikirku karena memang sekarang uang tambahan alhamdulillah sudah berlipat. Ibupun menjawab,
“nek bapak ibu pergi haji, nanti kamu-kamu ndak sekolah.”
Ternyata baru kuketahui kalo gaji ibu sudah habis buat bayar utang, makannya ibu kerja sana sini buat mencukupi kehidupan sehari-hari. Alhamdullillah juga....baru saja ibu meneleponku. Proposal penelitiannya yang ke-3 diterima lagi....Allah memang sayang sama kita. Kalo uang udah banyak, nanti ibu bapak bisa ke mekkah. Haji. Pengen sekali bantu ibu biar bebannya gak berat-berat amat. Pengen cepet lulus. Pengen cepet kerja. Kata ibu, kalo aku kerja sekarang nanti kuliahnya keteteran dan gak lulus-lulus. Gitu...

I love U mom....
Fela rindu pelukan ibu....Sudah lama ndak dipeluk ibu. Mungkin terakhir semester 3 kali ya? Sekarang udah semester 5. Ibuku memang bukan ibu yang Romantis pada anak-anaknya, bahkan pada bapak pun sepertinya tidak romantis. *Haha* Tapi saya bisa tau kalo ibu sayang banget sama kami. Kami juga sayang ibu. Yang ibu rasakan adalah bahwa anak yang paling nampak sayangnya itu adekku Aves, kedua adekku Ina, dan terakhir adalah aku. *haha*. Sungguh sulit untuk mengungkapkannya pada ibu. Kata ibu saya ini dingin dan cuek. Tapi sebenernya enggak bu....Cuma saya agak gengsian saja....seandainya ibu baca ini....

(Mungkin akan kuberikan kalau aku mati duluan. Surati ini akan kutitipkan pada adikku, sebagai tanda cintaku untukmu yang tak sempat terucap dari mulutku sendiri. Karena keegoisanku, dan ketidakberanianku untuk mengungkapkan cintaku padamu. Atau entah kapan aku akan punya keberanian memberikan surat ini pada ibuku. Entahlah...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar