Rabu, 10 November 2010

Babe!

                       Babe lagi ngasih makan kambing

Ayah atau biasa aku panggil bapak. Bapak memberi banyak pencerahan pada keluarga ibuku yang tadinya keluarga biasa-biasa saja. Bapakku besar di keluarga berlatar belakang agama cukup ketat. Dengan bapakku yang menikahi ibuku, alhamdullillah eyang kakungku mau solat.*tadinya tidak solat* karena sebelum ibu menikah dengan bapak, eyang berkata, “kalau kamu menikah sama Ni’am (bapakku), bapak mau solat” alhamdullillah...sungguh anugerah besar yang diberikan Allah pada eyangku. Sebelumnya ibu bingung antara bapakku dan orang Aceh, kemudian keputusan ibuku menjadi mantab untuk menikahi bapakku setelah kata-kata eyang kakung tadi. “MAU SOLAT”



Bapakku yang berpendidikan agama lebih banyak daripada ibuku, mendidik anak-anaknya pun dengan agama. Mengaji. Madrasah. TPA. Mondok. Dan beberapa kegiatan keagamaan lainnya. Menjadikan sebuah pencerahan besar pada ibuku dan keluarga besarnya. Bapakku bisa bersabar menghadapi keluarga besar kami, padahal ibu tidak. *Haha* Dengan melihat bapakku sebagai sosok yang bijak, ibuku berpesan, “kalo cari suami itu cari yang dasar agamanya kuat. Nentremke ati.” Begitu kata ibuku. *Kalau itu wajib bu..*



Walau bapakku galak dan kelihatan cuek—dulu, sekarang udah gak begitu—bapak sayang sama anak-anaknya. Juga perhatian. *Mungkin saya lebih mirip bapak saya ya? haha*

Biasanya bapak malas muter balik mobilnya kalo udah kebablasan. Tapi, ketika beliau berkendaraan bersama ibu dari Semarang-Jogja melewati Ambarowo yang disana banyak pedagang serabi mangkal di pinggir jalan dan ingat bahwa saya suka sekali sama serabi ambarowo, bapak memutar balik ke serabi yang kebablasen tadi. *Oh.....so sweet.....* bapak mau memutar balik mobilnya demi saya—anaknya yang mungkin juga dingin dan paling suka membantah.



Ulang tahun ke-20 bulan lalu, bapak pun memberi ucapan selamat ulang tahun dan mendoakanku agar jadi anak soleh solehan. *padahal biasanya tidak* hatiku jadi meleleh....maknyoooss....



Bapakku ternyata kangen sama ibu yang jarang ketemu. Gara-gara jarang ketemu, bapak rela mengantarkan ibu pergi ke Jogja. Menurutku, itu sudah suatu hal hebat buat bapakku. Padahal, di Jogjapun bapak ditinggal ibu kuliah dan kerja. Berarti sempet bareng cuma pas di mobil *kira-kira PP 6 jam* dan nginep di rumah bulek di Godean Sleman. Jadi, sebenarnya tidak seberapa waktu bapak buat bareng ibu, tapi bapak rela capek-capek ke Jogja mengantarkan ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar