Selasa, 11 Maret 2014

Mengapa Saya Tak Kunjung Pandai Seperti Socrates?


Kabarnya, orang yang susah tidur adalah orang yang tergolong cerdas. Susah tidurnya disebabkan oleh otak yang aktif berpikir. Lah? Otak saya ini aktif berpikir juga. Bahkan saat berjalan menuju WC pun saya memikirkan kejadian dunia. Bencana. Pemerintahan. Kemiskinan. Budaya. Indonesia. Dan Iman saya dan kalian-kalian semuanya. Juga nasib Caknun apabila beliau sudah tak ada, siapa yang akan menggantikan posisi beliau? (Didoakan saja semoga manusia-manusia baik sehat walafiat, manusia yang belum baik semoga jadi baik. Oya, cepat mati sebenarnya tak apa sih. Biar mengurangi kepadatan penduduk.) Sudah kehilangan Gusdur, apa pula yang terjadi kalau kita kehilangan kiai-kiai senior itu? Duh, bangsaku... Ya masak aku yang menggantikannya? Kalau bisa sih, saya mau kok menggantikan. Sayangnya tidak bisa. Wong otak saya pas-pasan. Badan saya juga ga seseger Caknun yang aktif sana-sini pindah sana-sini aplikasi 4square-nya... Eniwey, Caknun itu kerjanya apa ya kok bisa jalan-jalan sana sini dapet duit bisa makani dan nggedein keluarganya?Ancene Gusti Allah sangar kok nek mbageni rejeki neng umate...


Tuh kan, bahkan acara berjalan akan ke kamar mandi saja otak saya tidak pernah berhenti berpikir. Apalagi saat di kamar mandi. Makin khusyuk saya! Tapi kok, saya yang berpikir terus sampai sebelum tidur pun masih berpikir, malah cenderung pandir. Mengapa saya tak kunjung pandai seperti Socrates?

2 komentar:

  1. ...karena kata descartes, berpikir itu supaya ada.

    cogito, ergo sum.

    :))))

    BalasHapus
    Balasan
    1. "I think, therefore I am" Rene Descrates, siapanya Socrates sih, :))))) Sodaraan ya? Namanya mirip mbak,

      Hapus