Senin, 17 Maret 2014

Horcrux, Jejak, dan Selamat Tinggal!




"Everyone is permanently leaving but some are leaving with their ankles and feet & others are leaving with their hearts & souls” –Libeskind




Di atas kasur berseprai batik merah maroon di depan televisi 14 inchi yang hidup namun tak ditonton, terduduk dua orang kawan.
"Eh kamu tanya dong ke aku, apa gitu kek..."
"Hem... Yaudah. Aku tanya. Kenapa kamu matiin wasap, Fel?"
"Oh.. Karena aku mau istirahat aja dari wasap. Biar waktuku ga habis disita wasap. Dan waktuku bisa kualihkan ke lain hal yang lebih produktif. Ngeblog misalnya?"
"Kamu ngeblog, produktif buat siapa? Buat dirimu sendiri, kan?"



Jadi gini... 
Sesepuh aja bilang, "Cogito, ergo sum," kata Descrates. Tau artinya? Kuanggap kalian ga ngerti aja ya. "I think, therefore I am.", "Aku berpikir maka aku ada."
Dan juga cita-cita saya yang terinspirasi oleh Maulin Ni'am adalah, sebelum mati saya harus sudah menulis buku! Akan tetapi menulis buku adalah suatu kesepakatan panjang antara birokrasi, dan administrasi, dan bla bla bla lainnya penerbit bersama penulis. Kesepakatan panjang sama artinya dengan waktu panjang! Sedangkan saya sendiri tak tahu kapan kematian akan datang, bisa cepat bisa lambat. Lah cara yang paling aman, praktis, dan cepetnya (juga accessible) adalah dengan saya menulis di blog I'm A Sir ini. Yasudah, akhirnya saya ngeblog dulu aja deh sebelum saya mati sembari nyambi ngumpulin bahan buat dijadikan buku. Selain itu, alasan lainnya adalah...



Saya merasa dapat menaruhkan horcrux saya melalui tulisan. Tau horcrux kan? Itu loh yang di Harry Potter, kayak kepunyaan Voldemort. Dia membagi horcrux-nya untuk menjauhkan kemungkinan kematiannya secara penuh. Horcrux tersebut jumlahnya tidak hanya satu dan ada di beberapa tempat, salah satunya adalah Horcrux buku diary Tom Riddle. Bahasa gampangnya, saya menaruh jiwa dan hati saya (sebut saja Horcrux saya) di blog (media yang paling gampang dan accessible dalam menyalurkan pikiran dan jiwa) dan buku. Jadi, saya semacam meninggalkan jejak dan jiwa di dunia dengan tujuan agar saya berasa tetep hidup dan ga mati-mati di benak orang-orang yang mencintai keberadaan saya. Kecuali buku atau tulisan saya dimusnahkan, saya benar-benar akan mengalami kematian total di dunia. Jejak saya bukan berupa jejak kaki atau barang-barang peninggalan, atau juga cerita-cerita orang tentang saya dari mulut ke mulut karena itu bukanlah murni hasil cipta rasa karsa yang keluar dari pure saya. Komponen-komponen jiwa saya ada di pikiran dan hati saya, mereka bisa dikeluarkan dari jasad dengan cara menulis. Saya pikir menulis adalah semacam menaruh signature, jejak, sekaligus jiwa di dunia. Horcrux! Ingat horcrux! Well, emang orang butuh gitu jejak seorang Fela? Emang siapa sih Fela? Fela is nothing! Makanya saya menulis. Itu adalah cara saya meninggalkan jejak untuk menjadi sesuatu. Karena sudah fitrah manusia untuk menjadi eksis (eksis, bukan Eksi! Eksi adalah nama teman sekampusku dulu.)






Alasan lain mengapa saya menulis di blog adalah untuk menyiapkan perpisahan. Dadah-bye-dan selamat tinggal!
Nah kalau menulis adalah salah satu bentuk meninggalkan jejak agar jiwa berasa ga mati, artinya saya tetap hidup di benak kalian masing-masing pembaca (termasuk keluarga). Kalau kalian mencari saya, saya hilang atau sudah tak ada, saya ada di sini! I'm A Sir! Jadi keluarga yang saya tinggalkan tidak berasa kehilangan saya banget-banget. Wong saya masih hidup melalui tulisan. Bedanya, tubuh saya saja yang ga bisa ditemui lagi dan ga bisa nulis lagi, menjadi ga bisa update blog lagi dikarenakan udah ga punya tangan dan suara buat dituliskan atau diketikkan lagi. Oleh karena itu, saya meninggalkan jejak sebanyak-banyaknya di sini agar saya tetap hidup di benak kalian. Love you! Muah! Semakin banyak saya menulis, maka semakin banyak saya menyimpan umur dan jiwa saya di sini. Ini juga salah satu bentuk terapi biar kalian ga terlalu sedih kalo kangen sama saya. Kan ada blog ini obatnya. Saya masih hidup loh, di sini. :] Lhar!
Ya walaupun kalian yang tercinta dan terkasih tetap merasakan kehilangan saya, tapi seengga-engganya kan saya mengurangi kuantitas kehilangan tersebut. Ya kan? Iya! Kalian rapopo! Aku yo rapopo!



Ide bahwa menulis dapat menghilangkan kekangenan orang yang kangen, saya temukan berawal dari...
Karena kalo saya kangen sama orang yang ga bisa ditemui, saya suka baca-baca tulisannya. Gitu. Dan lumayan untuk mengobati kekangenan tadi. Setidak-tidaknya berkurang lah volume kangennya itu. Rasanya seperti seolah-olah melihat dia yang dikangeni sedang bermonolog. Hal tersebut sudah cukup berhasil membuat dia yang dikangeni sepeti masih hidup dan ada di depan muka saya. Efeknya sepeti mendengarkan radio, dan dia penyiarnya.



Menulis blog adalah cara saya mempersiapkan perpisahan, lalu bagaimana dengan caramu? Apakah kalian sudah mempersiapkannya?
Misalnya meninggali keluarga yang ditinggalkan dengan bekal iman, ilmu, harta? Bisa juga.



Pada akhirnya, jawaban atas pertanyaan teratas yang pertama adalah saya produktif nulis blog selain untuk diri sendiri juga tentu untuk orang lain.



Sekian dan terima kasih. :]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar