Wahai pembuang sampah yang membuang sampah-sampah sembarangan, mohon buanglah sampah pada tempatnya.
Itu tai di otakmu mungkin yang menghalangimu...
Wahai para pemboros air bersih, air bersih itu bisa meronta-ronta menangis kau buang-buangi ia dari haknya bersama air bersih lainnya.
Itu tai di otakmu mungkin yang menghalangimu...
Wahai anak-anak ibumu, mohon wastafel itu tidak kau penuhi dengan sampah-sampah sisa makanmu, kau tak sayang ibumu yang tiap hari memasakkan kau makanan sehingga ia harus berhadapan dengan wastafel yang kau kotor-kotori terus-terusan? Wastafel itu milik ibumu. Kesayangan ibumu. Untuk memasakkan kau. Kau tak ingin menyingkap tai-tai yang menodai otakmu?
Itu tai di otakmu mungkin yang menghalangimu...
Wahai para penyebrang jalan yang menyebrang saat lampu hijau, kau sedang meminta matikah? Kalau mau minta mati, mohon jangan minta mati di perempatan jalan raya. Badanmu yang sudah jadi onggokan itu bisa bikin macet.
Itu tai di otakmu mungkin yang mungkin menghalangimu...
Wahai para pelanggar lampu merah, kau minta mati juga?
Oh, itu tai di otakmu mungkin yang menghalangimu...
Wahai penyerobot hak pedestrian,
itu tai di otakmu mungkin yang menghalangimu...
Wahai pembalap kampung yang kebut-kebutan tanpa helm, ditambah lagi bunyi motormu yang mengerang-ngerang kencang arogan, kau minta mati juga digebuki tetangga sekampung? Atau kau minta orang lain mati juga?
Itu tai di otakmu mungkin yang menghalangimu...
Wahai pembual yang munafik, janji-janji dari mulutmu hanyalah dongeng belaka,
sajak-sajak indah tipu muslihat semata.
Niscaya malaikat membantu Tuhan menyentilmu ke neraka...
Kau pasti mengataiku sok tau. Aku memang sok, tapi aku tau.
Malaikat itu temanku, kau tak tau ya? Karena,
itu tai di otakmu mungkin yang menghalangimu...
Tai-tai telah menodai otakmu.
Tai-tai telah menghalangimu untuk melakukan hal sebaliknya.
Tai-tai yang menodai otakmu hingga ia menjadikan otakmu najis mugholadhoh!
Tai-tai yang menodai otakmu pantas dibasuh 7 kali memakai debu/air hingga bersih...
Aku pengen, Aku pengen sepedaan, Aku pengen masak, Aku pengen nonton beskop, Aku pengen moco buku, Aku pengen maen musik, Aku pengen karokean, Aku pengen dolan ke tempat Sinta, Hafid, Ilham, Cucut, Fariz, Aku pengen.... Woh, akehe...
Time after time, time passed away,
Aku ngosek kamar mandi.
Damn you, brain! Why can't you just pick out one between seven or eight in your choices, why did you wash public toilet? There's too many sperm and curly-kinky-short-thick hair! Not your hair. So many people use it. Disgusting! Uuuhhhhgghh...
Halo lelaki pengantar, yang sering mengantar kawannya kemana-mana,
maukah engkau mengantarkanku ke Pekalongan, kondangan kakak kelasku juga
sahabatku, Rizal Bayu Ramadhan? Pada tanggal 6 April bulan depan. Kau pasti tak akan kecewa.
Ada banyak jajanan di sana--kata temanku ada sop buntut enak di sana. Juga banyak pemandangan ala desa-desa. Pasar-pasar yang
tidak kekota-kotaan. Pasar-pasar yang lebih manusiawi.
Di
sana, nanti ada beberapa kawanku juga. Mereka datang dari Jogja. Dan sepertinya saya duluan yang sampai lokasi satu
hari sebelumnya.
Nanti kau bisa makan gratis, setelah itu, kau mau pesan
masakan apa saja padaku, bisa. Saya kasih kau 5 kupon gratis*, menu masakan
yang kau mau atau sukai, by your request. Nanti akan kubuatkan. Akan tetapi, maukah
engkau mengantarkanku kondangan?
Undangan saya lampirkan.
Sekian dan terima kasih.
:::: JANJANE AKU KI YO RA NGERTI PEKALONGAN KI KOYOK PIYE. DESA OPO KOTA SIH? ::::
Clap along if you feel like a room without a roof
Because I’m happy
Clap along if you feel like happiness is the truth
Because I’m happy
Clap along if you know what happiness is to you
Because I’m happy
Clap along if you feel like that’s what you wanna do
Because I'm Happy! Yes! I'm Happy. Bahkan sering senyum-senyum sendiri. Sebelum tidur senyum, buahaaaagiaaaa! Bangun-bangun senyum, di kantor (lagi ga ada orang) nari-nari sendiri. Dan saya senang melihat orang-orang di sekitar bahagia. Ada yang mendadak dapet doorprize motor. Ada yang mendadak bisa bayar hutang. Ada yang mendadak bisa jalan-jalan keliling Jakarta via KRL. Ada yang bahagia karena bisa membuat orang lain tertawa. Because I'm Happy! Enak ya, happiness just into you, dan bisa disebar-sebarin hawa bahagiannya. Bahagia itu menular, kawan! Ha njajal to kowe bahagia, kan seneng bisa nulari sekitar... Cobaen wae... Trust me! It works!
Because I'm Happy!
1. 14 Maret 2014, "Sisuk tak enteni neng halte Penvil yo, jam 11, sik rapi, sik akeh ngguyune, ojo botak, ra lucu!" send to Matthew Wilson.
15 Maret 2014. Setidaknya walaupun saya terjatuh njlungup di trotoar pinggir jalan karena wedges yang saya pakai kondangan, saya berhasil membuat Wilson tertawa terkekeh-kekeh berkali-kali tanpa henti bahkan sampai
saya memintanya untuk berhenti tertawa, ia masih sulit untuk tidak
tertawa. Dan ia menirukan cara saya terjatuh. :| Walaupun saya terjatuh dan malu (o tenang, saya tak sampai jatuh lecet-lecet), keinginan saya terkabul. WILSON TERTAWA. HAHAHHAHAHA. Saya bahagia melihat Wilson tertawa dan kepalanya tidak botak. HAHAHAHAH. Gitu. WILSON? TERTAWA! HAHAHHAHAHA.
2. Akhirnya saya bisa melepas wedges saya setelah membeli ankle sneaker. Atau andaikata saya membeli sandal jepit swallow pun, pasti akan berhasil membuat saya bahagia. Karena rasanya saya bisa bebas, jalan cepat, lari, lalu terbang. Eh ternyata teman saya Mem yang memakai wedges ketinggalan karena saya berjalan terlalu cepat. Haha! Saya bahagia karena bersepatu flat sehingga saya tidak membuang waktu. Saya rasa Jakartarians (apeu, Jakartarians?) emang paling cocok pakai sepatu flat. Biar jalannya cepat ga ngabisin waktu di jalan dan bisa mengurangi kemungkinan kesrempet kendaraan di pinggir jalan, karena selain trotoarnya yang dimakan pengendara bermotor dan juga banyak terdapat lubang, kalian Jakartarians akan memiliki kemampuan jalan cepat juga kestabilan kaki dalam menghindari penyerobotan trotoar ini.
Sepatu saya baru. Haha! Ayo jalan lagi, biar bisa pakai sepatu baru.
3. Bahagia itu sederhana, mensyukuri nikmat sampai sedetil-detilnya. Seperti, merasakan apapun yang ada di sekitar kita. Coba rasakan kamu bernafas pelan dirasain udaranya masuk menyentuh bulu hidung. Coba juga sentuh batang pohon lalu raba dia sampai kamu merasakan geli pada teksturnya, jangan lupa peluk dan cium pohon itu! Ini serius. Saya dikasih tau tips ini oleh Adinda Diaz Adyasari setelah baca artikel psikologi. Ternyata kembali ke alam bisa membangkitkan rasa syukur dua kali lipat.
4. Bangun pagi subuh tidak telat, dan rasakan sholatmu dengan sangat mendalam, sujudmu. Lalu diikuti mengaji. Bahkan ketika pikiran saya amburadul, biasanya saya mendengarkan rekaman mengaji saya. Hahaha. Berguna juga kok ngerekam ngaji-ngaji sendiri, emang tujuannya buat itu, bisa didengerin di mana-mana dari HP. I'm Happy! Dan pulang kantor menikmati angin berhembus juga melihat langit meng-orange... Terkadang, juga masih bisa melihat matahari kuning telor.
5. CHANGE SOMETHING! Dulu-dulu ga ada keyboard di kamar saya. Sekarang ada! Haha. Ouwyeaaahhh~ Dan mengobrak-abrik masa lalu, eleuh.. Maksud saya, kembali ke HOBI-HOBI lama yang sudah tak tersentuh. Luluran. HHAHAHA. Dan menikmati mandi dengan nikmat, ya asal ga pas jam padat antri mandi aja sih. Potong rambut, ubah gaya rambut, warnai rambut! Yihaaa! Rapikan kamar biar ga sepet matamu. Pergi Jalan-jalan naek KRL atau TJ, jalan kaki sambil mendengarkan musik pake earbud atau headset kesukaanmu, atau mengobrol dengan para stranger dan nikmati momen dan potret! Bisa juga dengan menyanyi, menonton teater atau konser musik, atau nonton wayang! Atau sarapan di tempat baru yang hijau dan segar sambil menyantap roti dan telur diiringin secangkir kopi dan sekeping biskuit. Jalan-Jalan rame-rame dan karokean karo sampean karo kae atau karo kowe. Menari-nari menggoyangkan badan mengikuti alunan musik, and see? You're Happy! Memasak dan orang-orang suka masakanmu. I'm Happy! Dan sekali-kali, setahun sekali, pergilah ke tempat yang belum pernah kamu kunjungi.
6. Berbicara dengan kawan, mengenai mimpi dan angan. Misalnya, seperti impian prewedmu. Hahaha. Dan saya sudah merencanakan konsep prewed saya sendiri yang kalau saya membayangkannya sendiri, bisa bikin senyum-senyum bahagia. Saya, Ajeng, dan Mas Dekky (yang notabene pendiam dan berumur sudah cukup matang, ternyata ia menyimpan banyak foto prewed! Hahahah. Nangis-nangis bahagia terharu sekaligus takjub. :O) sejak kemarin sore membahas satu-satu konsep prewed-nya. Ajeng anak gahulnya Bali (wuopoooohh) suka pake short-skirt sedengkul, kaos, dan tas ransel lucu, pokoknya kasual punya. Sedangkan mas Dekky dengan konsep menyatu dengan alam, luluran lumpur, gulung-gulung di lumpur, naek pohon, maen layangan, nyabuti rumput, dan lain-lain, pokoknya yang lokasinya alam banget lah!) Sedangkan saya... Here we gooo...
"Everyone is permanently leaving but some are leaving with their ankles and feet & others are leaving with their hearts & souls” –Libeskind
Di atas kasur berseprai batik merah maroon di depan televisi 14 inchi yang hidup namun tak ditonton, terduduk dua orang kawan.
"Eh kamu tanya dong ke aku, apa gitu kek..."
"Hem... Yaudah. Aku tanya. Kenapa kamu matiin wasap, Fel?"
"Oh.. Karena aku mau istirahat aja dari wasap. Biar waktuku ga habis disita wasap. Dan waktuku bisa kualihkan ke lain hal yang lebih produktif. Ngeblog misalnya?"
"Kamu ngeblog, produktif buat siapa? Buat dirimu sendiri, kan?"
Jadi gini...
Sesepuh aja bilang, "Cogito, ergo sum," kata Descrates. Tau artinya? Kuanggap kalian ga ngerti aja ya. "I think, therefore I am.", "Aku berpikir maka aku ada."
Dan juga cita-cita saya yang terinspirasi oleh Maulin Ni'am adalah, sebelum mati saya harus sudah menulis buku! Akan tetapi menulis buku adalah suatu kesepakatan panjang antara birokrasi, dan administrasi, dan bla bla bla lainnya penerbit bersama penulis. Kesepakatan panjang sama artinya dengan waktu panjang! Sedangkan saya sendiri tak tahu kapan kematian akan datang, bisa cepat bisa lambat. Lah cara yang paling aman, praktis, dan cepetnya (juga accessible) adalah dengan saya menulis di blog I'm A Sir ini. Yasudah, akhirnya saya ngeblog dulu aja deh sebelum saya mati sembari nyambi ngumpulin bahan buat dijadikan buku. Selain itu, alasan lainnya adalah...
Saya merasa dapat menaruhkan horcrux saya melalui tulisan. Tau horcrux kan? Itu loh yang di Harry Potter, kayak kepunyaan Voldemort. Dia membagi horcrux-nya untuk menjauhkan kemungkinan kematiannya secara penuh. Horcrux tersebut jumlahnya tidak hanya satu dan ada di beberapa tempat, salah satunya adalah Horcrux buku diary Tom Riddle. Bahasa gampangnya, saya menaruh jiwa dan hati saya (sebut saja Horcrux saya) di blog (media yang paling gampang dan accessible dalam menyalurkan pikiran dan jiwa) dan buku. Jadi, saya semacam meninggalkan jejak dan jiwa di dunia dengan tujuan agar saya berasa tetep hidup dan ga mati-mati di benak orang-orang yang mencintai keberadaan saya. Kecuali buku atau tulisan saya dimusnahkan, saya benar-benar akan mengalami kematian total di dunia. Jejak saya bukan berupa jejak kaki atau barang-barang peninggalan, atau juga cerita-cerita orang tentang saya dari mulut ke mulut karena itu bukanlah murni hasil cipta rasa karsa yang keluar dari pure saya. Komponen-komponen jiwa saya ada di pikiran dan hati saya, mereka bisa dikeluarkan dari jasad dengan cara menulis. Saya pikir menulis adalah semacam menaruh signature, jejak, sekaligus jiwa di dunia. Horcrux! Ingat horcrux! Well, emang orang butuh gitu jejak seorang Fela? Emang siapa sih Fela? Fela is nothing! Makanya saya menulis. Itu adalah cara saya meninggalkan jejak untuk menjadi sesuatu. Karena sudah fitrah manusia untuk menjadi eksis (eksis, bukan Eksi! Eksi adalah nama teman sekampusku dulu.)
"Aku wingi patah hati karo kowe. Kowe tak dadah-dadahi pas balik tapi kowe ra ndelok. Kowe malah lagi dolanan HP. Aku kan dadi berasa dadah-dadah tenan karo WILSON. Ngerti Wilson?"
"Ora."
"Kui loh, bola voline Tom Hanks neng film Cast Away. Si Wilson digambari ada mata, hidung juga mulut jadi bentuk wajah. Wilson sik selalu menemani, juga satu-satunya sik selalu diajak ngomong Tom Hanks ketika dia terdampar."
Perempuan yang bernama panjang sekali, ketambahan susah dilafalkan, apabila pada saatnya nanti, ijab-qabul maksud saya, ia akan mengalami kesusahan pada pelafalan namanya oleh calon mempelai lelaki. Apalagi kalau nama bapak si wanita tersebut juga panjang sekali dan susah dilafalkan. Tingkat kesusahan naik menjadi dua kali lipat dari kesusahan yang pertama. Bisa-bisa, ada kemungkinan gagal pelafalan sampai sepuluh kali. Wong tiga kali saja sudah gagal apalagi sepuluh kali.
"Mas, besok kamu kalo sampe kesusahan melafalkan namaku apalagi sampai sepuluh kali, awas kamu!"
"Loh, wong tiga kali aja udah gagal mosok sampe bisa gagal sepuluh kali?"
"Lha iya makanya, awas kamu!"
Hmm... Jadi enaknya gimana? Gini aja, besok kalo ngasih nama anak, baik perempuan atau lelaki, ga perlu ngasih nama yang susah-susah. Kalau perempuan kan disebut jadi calon istrinya, kalo laki kan ntar disebut juga ketika anak perempunnya akan menikah ada embel-embel binti di belakang nama anak perempuan itu. Akan tetapi, kalo si anak laki-laki yang susah namanya itu kelak tak mempunyai anak perempuan sama sekali, ya aman. Wong namanya ga akan disebutkan dalam ijab-qabul.
Kabarnya, orang yang susah tidur adalah orang yang tergolong cerdas. Susah tidurnya disebabkan oleh otak yang aktif berpikir. Lah? Otak saya ini aktif berpikir juga. Bahkan saat berjalan menuju WC pun saya memikirkan kejadian dunia. Bencana. Pemerintahan. Kemiskinan. Budaya. Indonesia. Dan Iman saya dan kalian-kalian semuanya. Juga nasib Caknun apabila beliau sudah tak ada, siapa yang akan menggantikan posisi beliau? (Didoakan saja semoga manusia-manusia baik sehat walafiat, manusia yang belum baik semoga jadi baik. Oya, cepat mati sebenarnya tak apa sih. Biar mengurangi kepadatan penduduk.) Sudah kehilangan Gusdur, apa pula yang terjadi kalau kita kehilangan kiai-kiai senior itu? Duh, bangsaku... Ya masak aku yang menggantikannya? Kalau bisa sih, saya mau kok menggantikan. Sayangnya tidak bisa. Wong otak saya pas-pasan. Badan saya juga ga seseger Caknun yang aktif sana-sini pindah sana-sini aplikasi 4square-nya... Eniwey, Caknun itu kerjanya apa ya kok bisa jalan-jalan sana sini dapet duit bisa makani dan nggedein keluarganya?—Ancene Gusti Allah sangar kok nek mbageni rejeki neng umate...
Tuh kan, bahkan acara berjalan akan ke kamar mandi saja otak saya tidak pernah berhenti berpikir. Apalagi saat di kamar mandi. Makin khusyuk saya! Tapi kok, saya yang berpikir terus sampai sebelum tidur pun masih berpikir, malah cenderung pandir. Mengapa saya tak kunjung pandai seperti Socrates?
I life with my brain everyday. My mind on my brain was fulfilled with any rubbish so i couldn't take a sleep early. I have a back pain almost every night. So, i made this for you guys... Hypnotizing by me.
"Tumben kowe anteng, Fel..."
"Aku mati."
"......."
"Aku moksa."
"..............."
"Layat yo......."
"Moksa ra ono bekase."
"........................ Serius ik."
"Kowe duwe utang karo aku."
"Mosok?"
"Ora. Yowes mati kono."
"Yo... Tak tuku mawar sik."
"Tumben tuku kembang."
"Nggo malaikat."
"Tumben kowe anteng, Fel..." adalah sapaan dari Alfu Laila kepada saya ketika saya tidak banyak bicara. Sisanya, adalah percakapan imajiner di kepala saya sendiri. Terima kasih untuk Alfu yang menyapa saya sehingga saya bisa memunculkan percakapan imajiner dimulai dengan sapaan Alfu.
Saya tidak tau kalau udah jam segini apa lagi yang harus saya lakukan, musti ngapain—kecuali solat nongkrong di mushola lantas baca buku sebentar sambil tiduran. Oke. Namun sekarang saya sedang tidak solat (baca: sedang dalam siklus menstruasi), juga sedang tidak mendengarkan musik, headset saya rusak begitu juga dengan earphone saya. Berasa dunia goyah. Oh Tuhan—Wah, pertanda ini, saya harus gondelan lagi pada Tuhan. Apalagi setelah pukul 15.30... Otak saya langsung pengen nglemprek di meja, dan badan saya maunya dipijet. Iya. Mungkin yang saya bisa sekarang adalah, ngoceh di blog. Mau membaca di kantor, malu kalo ketauan, padahal sebenarnya ada kerjaan. Jadi, beginilah saya. Akhirnya ngeblog.
Kali ini saya akan membahas yang enteng saja. Mengenai waktu dan momen. Lagi-lagi sama Ajeng. Ada apa dengan Ajeng?
"Kenapa sih Jeng, sehari kok cuma 24 jam? Kenapa ga 36 jam aja? Kan enak. Kita bisa ngapa-ngapain seharian. 7 jam kerja. 8 jam tidur. 3 jam isoma dan ngaji. 5 jam baca buku. 5 jam maen musik. 2 jam nonton film. 2 jam bercengkrama dengan kawan. 2 jam belanja dan masak. 2 jam mencuci dan menyetrika."
((((( JEDA )))))
Telepon supplier sana-sini aja deh, haha.
"Soalnya, waktu dibatesi, biar kita menghargai keterbatasan itu. Kalau ga dibatesi, waktu ga akan terasa berharga. Dalam hal ini, waktu. Dan kamu bakal ngentengin waktu. kalo manusia dikasi kesempatan 1 hari lebih dari 24 jam atau lebih panjang dari biasanya, manusia ya tetep ga puas, nanti dia pasti minta tambahan waktu terus dan terus."
"Foto-fotomu dari awal sampe sekarang. Ketok bahagia banget kamu. Foto kan ga cuma tentang hasil, tetapi juga prosesmu mengambil gambar, menangkap momen-momennya, kamu bener-bener merasakan dan menikmati momen-momennya. Dan jadilah hasilnya. Foto jepretanmu."
Dih. Mati listrik pas mau nyetak brosur di tempat ngeprint. Keki. Mati gaya. Ga bawa buku. Dan ga ada yang diajak ngobrol kecuali karyawan tempat ngeprint yang tunggang langgang keluar mencuri waktu buat istirahat—guwek juga mencuri waktu kok, buat ngeblog ;p. Kan mati lampu. Haha. Mau ngetwitt? Ogah ah, kebanyakan ngetwitt, ga meninggalkan jejak... (Saya maunya sebelum mati, meninggalkan jejak yang ga cuma sampah—jadi... twiit saya selama ini cuma sampah aja? Oh. Gitu ya? Jadi gitu? Oke.) ...Twitt makin tua makin ketelen juga sama waktu. Timeline yang terus berjalan. Twitt lama kelindes oleh twitt baru. Mending ngeblog. Awet jejaknya lebih lama.
Bahas apa ya? Ini aja deh. Hape.
Kami, saya-Ajeng dan saya-Diaz, dari kemaren sudah membahas masalah hape. Hape ini kalau tidak digunakan secara benar akan sangat mengganggu proses produktivitas anda-anda sekalian. Lah? Kenapa bisa? Ya bisa dong. Ya pokoknya bisa.
Postingan ini seharusnya diposting sebulan lalu. Karena saya tahu kabar bahagia ini sudah sebulan lalu dan rasanya, terutama buat saya, sungguh-sungguh meninggalkan kesan mendalam.
Kali ini saya akan menuliskan bagaimana perasaan saya ketika mengetahui bahwa teman sebaya saya, teman dekat saya yang sangat saya cintai, bestie saya, eleuuuhhh... HAMIL! Dan songongnya adalah, Syani Masinta Suri sendiri juga baru tahu setelah 8 minggu kehamilan kalau dia hamil (tentunya dia udah nikah lah ya...). Namun saya tetap saja kaget antara bahagia terpesona juga aneh. Haha. Masalahnya atau yang bikin perasaan saya jadi aneh, ini yang hamil temen deket saya sendiri, dan baru pertama kali (first moment kayaknya emang paling berkesan ya) ngerasain temen maen sendiri akhirnya hamil. Hahahaha. Aneh pokoknya rasanya. Saya juga susah mendeskripsikannya. Kayak teman saya, Sinta, diculik ke dunia yang berbeda, kayak diculik ke Hogwards dan saya masih di dunia nyata yang penuh muggle (dan mungkin ada juga beberapa penyihir yang berlagak seperti muggle). Tuh kan aneh? Berasa kita sudah tidak di lingkaran atau warna yang sama lagi (tidak berada di lingkaran atau warna yang sama bukan berarti pertanda ga suka loh). Dia pada akhirnya sudah akan dikaruniai tanggung jawab bersama keluar kecilnya, sedangkan saya masih haha-hihi-haha cengengesan masih asik jadi anak emak. Ya jane gapapa beda gitu. Cuma ini Syani Masinta Suri... Orangnya agak haha-hihi-haha kayak saya. Bedanya dia lebih dewasa dan sudah menikah dan akan punya anak. Akhirnya dia akan punya anak! Huweeehhh... Langsung mbrebes mili ngerti kabar itu. Dan tetep aneh juga rasanya. Dan akhirnya saya tanya ke Sinta.
"Hae Sin, piye rasane hamil? Haha."
"Iyo ik. Isih kerasa aneh awale. Padahal aku isih koyok kowe lo..."
Batinku, "Koyok aku? Piye maksudmu, hah?"
"Koyok kowe, cengengesan..."
"Kok kowe lagi nyadar sih setelah dua bulan hamil nek ternyata kowe hamil?"
"Iyo telat nyadar. Awal-awal bojoku ngomong mungkin aku hamil, awal-awal kui juga aku biasa wae. Tapi setelah perikso USG dan di dalam perutku ada janin, rasane terharu..."
Woh ternyata begitu ya perasaan wanita sekelas (Hah? Sekelas? Haha. Iya. Kami kan dulu emang temen sekelas 1 SMA) saya ketika pertama kali ngerti dia hamil pertama kali juga? Dia ternyata merasa aneh juga. Agak aneh nano-nano rasanya. Bahagia. Kaget. Ga percaya. Terharu. Endingnya saya tetep kudu percaya kalau dia hamil.
Sekian dan terima kasih. Bon dodo.
Oiya, ada yang bisa membantu saya mendefinisikan perasaan aneh tersebut dengan lebih rumit eh jelas lagi?