Bosan.
Jadi, pindah apa engga nih?
"Bosan belajar. Tulisan melulu yang
diadepin."
"Bosan nih kerja di kantor, gini-gini
aja."
"Bosan makan, ngunyah melulu, capek.
Ntar juga laper lagi."
"Bosan bersihin kamar, ntar juga
kotor lagi."
"Bosan. Pedekate sama elu. Gitu-gitu
melulu. Ga ada improvisasi sejak setahun lalu."
"Bosan deh... Pacaran ama Lu... Lu
melulu... Luuuu meluuuluuuu... Lulu. Nama lu, Lulu kan? Nama yang membosankan.
Diulang-ulang banget sih? Lu-Lu. Membosankan."
"Bosan. Mamah bosan sama Papah."
Ciyeeeehhh... Bosan bo'... Bosan. Siapa
sih yang ga pernah bosan? Ada, ada, ADA?
Well, setelah berbincang, berdiskusi
dengan kawan lama saya―tentu setelah saya curhat sana sini ingin pindah kerja,
karena kerjaannya ya gitu-gitu saja. Bosan. Karena terlalu nyaman.― Kemudian
Nadia, kawan lama saya yang bijak mengatakan,
"Aku punya cerita. Dosen saya kemaren bilang, pernah ada penelitian, 10 orang dikarantina di dalam ruangan yang ga ada tivi, ga ada internet, ga ada jam, ga ada buku, ga ada alat macem-macemnya, pokoknya cuma dikasih makan aja. Artinya kebutuhan fisiknya tetep terpenuhi dong. Hidupnya pasif. Empat hari kemudian, mereka yang dikarantina mulai berhalusinasi, muntah-muntah di hari selanjutnya."
That's
amazing! Kebutuhan fisik tercukupi, namun tetap saja fisiknya rusak. Fisik
sehat, juga harus didukung mental yang sehat. Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.
Jadi, bagaimana dengan hidupmu
yang membosankan? Sudah membelok-belokkannya, zig-zag, agar tidak lurus-lurus statis
saja? Belok dong, belok... "Kiri bang! Kiri! 2000 kan bang?" Gitu.
Sekali-kali butuh berhenti. Butuh tantangan. Kadang juga butuh "break the law". Apa kek... Kreatip dong, kreatip! Saya ngerti kalau pembaca
yang budiman adalah insan yang kreatip-kreatip. Maka, ayolah... "break the law"! Oke? Asal tidak keterlaluan aja
"breaking"-nya. Kayak puasa tuh. Setahun sekali, Tuhan menitahkan
aturan untuk istirahat makan (tanpa keterlaluan untuk tidak makan sama sekali
24 jam penuh) selama satu bulan penuh, bulan ramadhan namanya. Nah, kan...
HIDUP ITU BUTUH TANTANGAN, MAMENNN... Kalo tidak, nanti kau akan dihinggapi
halusinasi muntah kemudian! Mati kemudian! *Muntah terus menyebabkan dehidrasi.
"Saya
bosan, bosan jadi miskin. Bosaaaaannn... Saya ga mau mati miskin. Setidak-tidaknya
kalau saya mati. Saya ingin mati kaya. Oke. Karena saya bosan jadi miskin, saya
butuh tantangan. Biar saya tidak mati miskin. Saya butuh tantangan untuk jadi
kaya. Oke. Saya terima tantangan itu." ~Ratapan hati anonim. Coba kalau
orang-orang yang merasa miskin, atau malah miskin beneran, mikirnya kayak gitu.
Pasti presentase kemiskinan di Indonesia ini setidak-tidaknya akan berkulang.
Dan jumlah keluhan, bukan lenguhan, di twitter juga akan berkurang.
Indahnya hidup... Aaaahh~
Saya juga
pernah seperti itu. Dikarantina. Iya. Dikarantina. Salah. Terkarantina
tepatnya. Ketika di dalam bus malam perjalanan panjang, saya mulai
berhalusinasi, kemudian, tak lama setelah itu, saya muntah! Saya benar-benar
bosan. Bosan yang mengerikan.
Jadi, pindah apa engga nih?
Terima kasih atas ditulisnya kredit nama saya. Mikronya kejadian di bis yah? Yah pada akhirnya orang memang butuh tantangan. Ekstrimnya ya kayak Anin yang makin lama makin melebar jaringan pulaunya. Aku pun kecanduan sama tempat dan tantangan baru. Walaupun makin tua ya makin takut. Tapi tetep ketagihan.
BalasHapusWow, saya kembali ingin mencandu.
Hapusfel itu nadia yang kita ketemu di jogja kan ya?
BalasHapusyang bareng kita rafting?
bener gak?
Yep. Anda benaarr... Mendadak nama Nadia jadi ditayakan orang sepenjuru dunia (alah lebay). "Itu Nadia yang itu ya?" Sama kowe sama ibukku juga riz. :)) Selamat. Nadia.
Hapus