Dia senang menumpuk-numpuk sesuatu. Barang kali memang kesukaannya adalah menumpuk. Ada banyak cucian kotor menumpuk di belakang pintu. Juga cucian bersih menumpuk di sisi bawah kaki ranjangnya. Dan kertas-kertas menumpuk di atas meja. Pun sampah-sampah bungkus makanan menumpuk di atas tumpukan kertas-kertas. Kulit-kulit buah jeruk dilupakannya menumpuk di belakang tumpukan buku-bukunya. Mungkin dia sendiri adalah tumpukan masalah. Tumpukan dosa. Dosa-dosa kecil tak penting, seperti membayangkan bersetubuh dengan adiknya sendiri—tak penting bukan? Tak merugikan siapapun—hingga dosa-dosa besar yang tak pantas untuk dituliskan di sini. Dia masih punya malu. Dan penulis sendiri pun malu untuk menuliskannya.
Jakarta, 1 hari sebelum 30 September 2013...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar