"Rahasia adalah hal yang berbahaya, bahkan ketika rahasia-rahasia itu perlu disimpan pun, mereka akan menggerogoti jiwa kita" ~Nilofer; The Stone Woman; Tariq Ali
Rahasia. Mengenai rahasia. Semua yang ada di antara kepitan langit dan bumi, berahasia. Bumi pun berahasia. Ia menyembunyikan waktunya, kapan saat yang tepat
untuk memuntahkan seisi bumi dan meledakkan permukaannya. Termasuk rahasia, bukan? Hanya Tuhan yang tau. Tuhan pun
berahasia—ya karena Tuhan itu Mahakeren, makannya Dia mampu berahasia. Lalu, siapakah makhluk di dunia ini, yang tak mempunyai rahasia? Bahkan sekecil biji zarah dan seenteng debu pun, ada? Oh, saya pikir tak ada—tak ada makhluk di dunia ini yang tak punya rahasia. Saya pikir pula, manusia itu sebenarnya tidak tahan untuk menahan-nahan. Menahan berahasia. Sebenarnya, rahasia sudah hampir menjadi bukan rahasia lagi. Orang yang bisa menyimpan rahasianya rapat-rapat sampai mati adalah orang yang kuat dan sekaligus orang yang kurang ajar! Kuat karena orang yang bisa menahan-nahan rahasia di hatinya, adalah kuat! Karena menahan-nahan sesuatu adalah berat dan membutuhkan energi besar. Saya sebut kurang ajar karena ia dengan egoisnya menyembunyikan kebenaran. Kebenaran dan kejujuran adalah mutlak untuk diketahui bagi yang membutuhkan. Oleh karena itu, ada pengadilan, untuk mengungkapkan kebenaran. Misal gini nih contoh rahasia yang disimpan sampe mati,
atau..."Sebenarnya aku bukanlah ibu kandungmu nak... Aku hanyalah tantemu, kembaran ibumu. Ibu kandungmu sudah mati setelah melahirkanmu, tidak sengaja aku ketika bertengkar dengan ibumu, aku melemparkannya ke laut. Mungkin tubuhnya sudah dimakan piranha tanpa sisa. Maafkan aku nak... Aku menyimpan rahasia ini puluhan tahun lamanya, harusnya kamu berhak mengetahui ini. Tapi, sebelum sempat aku menceritakan kebenaran ini padamu, ajal sudah menjemputku."
Andaikan Romeo dan Juliet saling merahasiakan rasa cintanya, maka kisah Romeo dan Juliet pun tak akan pernah terjadi. Rasa cinta yang dirahasiakan dan dibawa mati. Ah egois. Tak akan ada kisah cinta yang indah-indah. Yang ada hanya, hambar dimana-mana. Statis. Dan bukan dinamis. Bukankah sesuatu yang dinamis dan berkelok-kelok itu menarik?
Ahhhh ini kenapa jadi drama... Oh men... Memang wanita mencintai drama, eh kenapa wanita? Ah wanita. Kenapa wanita senang mendramatisasi sih?
Oke, balik lagi ke pokok bahasan utama, rahasia. Rahasia dalam KBBI adalah kata benda yang berarti sesuatu yang sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain. Orang kan? Orang. Jadi, kita masih punya rahasia yang sebenarnya bukan rahasia. Loh? Ya karena kadang kala, orang menceritakan rahasianya pada benda mati. Misal buku diari. Hahah. Kuno banget ya, Diari. Sekarang? Sudah bukan masanya diari, lalu ke mana rahasia butuh dilepaskan? Rahasia lho ya, rahasia itu artinya disembunyikan dari manusia. Jadi melepaskannya pada benda mati tak apa-apa kan? Sah-sah aja kan?
Kepada benda mati mana harusnya rahasia perlu disimpan? Lalu mengapa pula perlu melepaskan rahasia? Karena menyimpan rahasia adalah hal menyesakkan, "rahasia adalah hal yang berbahaya, bahkan ketika rahasia-rahasia itu perlu disimpan pun, mereka akan menggerogoti jiwa kita" ~quote Nilofer; The Stone Woman; Tariq Ali. Maka lebih baik ia dilepaskan dan tetap menjadi rahasia yang menguap ke udara.
Oke, kembali ke pertanyaan, ke mana rahasia sebaiknya disimpan? Ke dalam hati? Hati orang? Hatimu sendiri? Capek tau. Capek. Hati dan otak itu kecil, eh dimasukin berbagai macam rahasia. Menggunung. Eh meledak. Mending meledak bisa ilang, lenyap. Sayangnya meledaknya rahasia dari hati mirip dengan sembelit. Kebelet tapi ga bisa keluar. Cuma butuh waktu, tempat, dan obat yang tepat untuk melepaskan. Eh apa balik lagi menyimpannya ke era diari? Menulisnya dengan catatan tambahan di bawahnya "ini rahasia ya, jangan bilang siapa2." lalu membakar diari itu, dan seketika juga dengan terbakarnya diari itu, ingatan tentang rahasia itu akan hilang, lepas gitu? Bener akan berhasil? Engga! Dijampi-jampiin mungkin? Bahkan alat canggih berteknologi tinggi dalam film Eternal Sunshine Of The Spotless Mind pun, si dokter yang membantu mengambil ingatannya itu. Jadi si dokter tau dong, rahasia terdalam yang kepingin dihapuskan pasiennya dari ingatannya?
Oke, kembali ke pertanyaan, ke mana rahasia sebaiknya disimpan? Ke dalam hati? Hati orang? Hatimu sendiri? Capek tau. Capek. Hati dan otak itu kecil, eh dimasukin berbagai macam rahasia. Menggunung. Eh meledak. Mending meledak bisa ilang, lenyap. Sayangnya meledaknya rahasia dari hati mirip dengan sembelit. Kebelet tapi ga bisa keluar. Cuma butuh waktu, tempat, dan obat yang tepat untuk melepaskan. Eh apa balik lagi menyimpannya ke era diari? Menulisnya dengan catatan tambahan di bawahnya "ini rahasia ya, jangan bilang siapa2." lalu membakar diari itu, dan seketika juga dengan terbakarnya diari itu, ingatan tentang rahasia itu akan hilang, lepas gitu? Bener akan berhasil? Engga! Dijampi-jampiin mungkin? Bahkan alat canggih berteknologi tinggi dalam film Eternal Sunshine Of The Spotless Mind pun, si dokter yang membantu mengambil ingatannya itu. Jadi si dokter tau dong, rahasia terdalam yang kepingin dihapuskan pasiennya dari ingatannya?
Terlalu tau banyak hal tentang hal-hal yang sebenarnya kita tak perlu tau adalah menyapekkan. Apalagi hal-hal tersebut kebanyakan hal-hal negatif. Kata @empap, "Mengetahui hal negatif tentang orang lain dalam lingkaran sosial kita, dapat merusak objektivitas pandangan kita pada orang tersebut." Mendingan kalau mau meminta tolong orang untuk merahasiakan rahasia kita, lebih baik ceritakanlah rahasia tersebut pada orang-orang di luar lingkaran sosialmu. Ga akan merepotkan dan membebani orang yang kamu titipin rahasia itu. Oya, ada sedikit saran yang bisa saya sampaikan sebelum orang menceritakan, menyimpan, sekaligus melepaskan rahasianya padamu:
- Tanya dulu rahasianya sebesar dan sepenting tentang hal umum apa dan siapa? Kalau kamu siap untuk tetap objektif dengan menerima dan menyimpan rahasia itu, ya silakan. Dan sebaiknya tau cara melepaskannya juga. Catatan aja: Biasanya sih, kalau rahasia yang akan diceritakan orang itu adalah hal besar, saya kira rahasia itu sudah bukan menjadi rahasia lagi. Karena orang yang menyimpan rahasia itu sebenarnya juga mendapatkan rahasia tersebut dari orang lain dan si calon pencerita rahasia sudah tidak kuat untuk menahan-nahan rahasia besar itu, rahasia yang siap meledak, lepas. Jadi, sudahkah engkau siap menjadi bahu dan tangan kanannya untuk dibagii rahasia besar itu? Rahasia besar yang hanya diketahui oleh orang-orang terdahulu. Kalau sampai rahasia itu turun sampai ke generasimu, berarti sudah menjadi rahasia turun-temurun dan rahasia sangat, sangat, sangat besar. Seperti, "Anak si X itu sebenarnya bukan anak kandung antara si X dan Y. Namun hasil perselingkuhan antara si X dan si Z". Wauw, saya mendramatisasi lagi. :)) Tapi ya begitulah permisalannya.
- Kalau udah siap menyimpan rahasia, jangan lupa untuk menyiapkan otak dan mencatatnya kalau hal yang diceritakan itu adalah hal rahasia. Dicatatat secara detail dan lengkap. Perihal dan oleh siapa dan tidak boleh diceritakan kepada siapa saja. Ya, biar ga kesingsel-singel dengan rahasia-rahasia kecil yang ga penting lainnya. Namanya juga udah diserahin kata, "jangan bilang siapa-siapa" atau "rahasia ya", ya tetap jadi rahasia dong walaupun itu hal paling ga penting sedunia. Misal, "Yang kentut di ruang ujian tadi, saya. Jangan bilang siapa-siapa ya. Rahasia."
- Kalau bisa dan mampu melupakan rahasia dan jangan sampai keluar kemana-mana, ya lupakan saja. :)) Gimana caranya coba? Embuh. Melupakan secara sengaja itu susah lho... Mending urusan-urusan ga penting lupakan saja. Lepaskan.
Oya, catatan juga. Ga usah deh hobi bilang, "Ini rahasia ya. Jangan bilang siapa-siapa". Artinya pencerita memberi tugas dan membebani orang. Dia curang ih curang! Dia mau setengah lepas tangan. Beban yang ada di pundaknya dan harus di pundaknya, malah dibagikan ke orang lain. Daripada kamu kasih dan bagi rahasia itu ke orang lain. Mending lupakan saja. Lepaskan. Hoooooohhh... Haaaaahhhh... Hiiihhhh... Duaaarrrr...
Otak dan hati itu kecil lho... Menyimpan rahasia artinya menyimpan memori. Otak dan hati penuh dong jadinya kalau terlalu banyak memori. Bisa mengurangi space buat bagian santai-santainya otak dan hati. Udah... ga usah terlalu semua dipikirin dan dimasukin ke hati dan berberat hati menyimpan rahasia—mending jadi orang yang apa adanya, legowo, dan tanpa rahasia. Dipilah-pilah dulu mana yang pantas masuk otak dan hati. Tentu yang ga merusak dan membebani otak dan hati. Oh bahagianya... Menjadi enteng dan santai. Sel-sel syaraf otak dan hati pun perlu meregang.
Otak dan hati itu kecil lho... Menyimpan rahasia artinya menyimpan memori. Otak dan hati penuh dong jadinya kalau terlalu banyak memori. Bisa mengurangi space buat bagian santai-santainya otak dan hati. Udah... ga usah terlalu semua dipikirin dan dimasukin ke hati dan berberat hati menyimpan rahasia—mending jadi orang yang apa adanya, legowo, dan tanpa rahasia. Dipilah-pilah dulu mana yang pantas masuk otak dan hati. Tentu yang ga merusak dan membebani otak dan hati. Oh bahagianya... Menjadi enteng dan santai. Sel-sel syaraf otak dan hati pun perlu meregang.
Jadi, balik lagi ke pertanyaan, ke mana sebaiknya rahasia disimpan?
Sebelum disimpan, ga usah menyimpan. Sebelum membuat rahasia, ga usah dibuat rahasia. Beres. Ga usah punya rahasia. :)) Karena rahasia itu beban. Intinya, cuwek aja. Ga usah terlalu banyak mikir beban.
Bagi yang udah terlanjur menyimpan, lepaskan saja. Lalu muncul pertanyaan lagi, ke mana sebaiknya rahasia dilepaskan? Ke mana saja dan apa pun di mana ia bisa membawanya pergi lepas ga balik-balik. Di buang ke laut. Laut lepas. Hati-hati juga ketika melepasnya agar tidak dibaca atau dilihat, dan bisa didengar orang.
Bagi yang udah terlanjur menyimpan, lepaskan saja. Lalu muncul pertanyaan lagi, ke mana sebaiknya rahasia dilepaskan? Ke mana saja dan apa pun di mana ia bisa membawanya pergi lepas ga balik-balik. Di buang ke laut. Laut lepas. Hati-hati juga ketika melepasnya agar tidak dibaca atau dilihat, dan bisa didengar orang.
Rahasia, aku maling! |
NB: Pernah seorang Pradipta Surya Dinandra, manusia yang mirip burung, ringan mampu terbang dengan bebasnya, berkata pada saya. "Saya ga punya rahasia, oleh karena itu saya adalah makhluk paling selalu gembira di bumi ini." Benar saja saya pikir, memang orang yang tidak menyimpan rahasia adalah orang yang paling bergembira di muka bumi ini. Karena ia tak perlu menyimpan dan menahan sesuatu. Kan sudah saya bilang sebelumnya, menahan-nahan sesuatu perlu energi. Menahan kentut ketika solat pun, perlu energi.
males macane fel kepanjangan dadi tak komenni wae yae yo gambar ayame, kae apik menunjukkan perpaduan warna yang menarik antara hitam dan merah yang berani :D
BalasHapusAhahahha. Prengki... dasar! :)) Iyo, tulisanku dowo2, maklum sih otaknya bawel, kaken isi.
BalasHapusAyame apik yo? Aku yo seneng kok.
Kocak abis gambarnya! Kocak juga isi tulisannya, aku mah enggak pernah kepikiran rahasia di simpen dimana. tergantung penting enggaknya sih, kalo enggak penting--apalagi muatannya terlalu sayang untuk disimpan sendiri eg: khosip panas siapa gitu, mending disebar2in lah yah. muahahahahaha *ibugosip*
BalasHapusbut sometimes i talked to myself about my deepest secret. kayak orang gilak sih keliatannya, tapi seenggaknya membantu untuk bercerita karena si rahasianya bener2 classified as confidential. ahahhahaa. Cheeers! :)