Rabu, 12 Desember 2012

Pagi Yang Indah


Oleh Failasufa Karima A.N.



Wangi khas secangkir kopi toraja tanpa gula membumbung menyeruak hidung. Kopi bertambah syahdu bila diseduh di pagi yang dingin. Ditambah bau tanah bercampur hujan. Dan bau mawar merekah segar di dalam pot basah embun bercampur hujan. Cespleng! Barusan subuh tadi Jakarta diguyur hujan. Seperti seharusnya di bulan Desember. Jatahnya hujan datang ke bumi. Harini―dari nama lengkap di KTP-nya: Suharini―sedang duduk di teras rumahnya, santai. Karena hari ini, hari Sabtu.

Teras sejadinya yang berukuran satu meter kali empat meter masih cukup nyaman digunakan sebagai ruang santai sejenak di pagi hari. Cukup untuk dua orang saja. Dua menggenapkan, tiga akan mampu mengganjilkan. Lagipula, mana ada tiga kursi teras berada dalam satu teras dalam waktu yang bersamaan? Tak akan pernah kau temukan fenomena seperti itu. Sungguh! Coba saja kau cari di majalah-majalah seri rumah atau taman. Secara estetika saja janggal. Karena estetika pun tak pernah mengesampingkan fungsionalitas (sebenarnya ini bohong).

Satu halaman sesak pot-pot kecil bunga mawar. Dua kursi rotan tua dan satu meja teras bundar kecil. Sepaket warna coklat tua dipernis sangat mengkilap. Tak pernah diganti sejak rumah ini berulang tahun pertama kalinya. Di situ pula dua orang selalu duduk santai di Sabtu pagi. Namun, kali ini hanya Harini dan secangkir kopi hitam.

“Bismillah” ucapnya. Kopi panas itu disesapnya perlahan. Satu sesapan, berhenti. Satu sesapan, berhenti. Lidahnya berjingkat kecil. Panas kicat-kicat. Harini mengibaskan tangan kirinya di depan mulutnya yang menganga lebar dan menimbukan suara “huwaaah hah hah”. Lalu perlahan ia taruh cangkir kopi di tangan kanannya ke meja teras bulat di sampingnya. Sejenak menenangkan diri dari keganasan panas kopi.  Ia jadi teringat apa yang dipikirkannya semalam. Ia telah mengingat-ingat. Ia telah mengingat-ingat sambil telentang di kasur dalam gelap sebelum tidur.

“Abah... Abah...” seketika itu Harini berlari ke arah abahnya sambil berteriak-teriak. “Teman-teman di kelas tadi mengejekku. Ka-ka-katanya mukaku jerawatan mirip Susan..." Susah adalah orang gila yang biasa mangkal di pertigaan jalan dekat SD Harini. "Aku ga mau jerawatan Bah... Aku ga mau....” Tangis Harini pun langsung menghambur kencang.

Abah pun menimpali penuh pengertian sambil mengelus-elus rambut Harini. “Ya sudah. Harini berdoa saja, minta sama Tuhan kalau Harini mau jerawat Harini hilang. Sabar ya...”

Harini menuruti saran abah. Berdoa kepada Tuhan. Namun Harini masih lugu, tidak begitu mengerti bahwa Tuhan tak mengenal aturan beli-bayar dari para pendoanya. Maka Ia pun berdoa, “Ya Tuhan. Aku mau jerawatku hilang. Plisss... Tak apa aku gemuk sedikit. Asal jerawaku hilang. Ya Tuhan, ya?” Jerawat dibayar dengan kegemukan.


Ketika Harini tak menyenangi hawa panas di sekitarnya―cuaca saat itu memang sedang panas-hujan tak menentu―, ia berteriak, “Abah? Panas... Abah kenapa ngga pasang-pasang AC kayak rumah tetangga-tetangga sebelah? Panas.”

“Coba kamu berdoa. Mintalah hujan agar panas hilang. Coba saja.” 

Jumat, 07 Desember 2012

Engga Punya Diari



Oke. Saya ini engga punya diari. Karena ga punya diari. Saya akan tuliskan mimpi saya di sini. HAHA.

1. Umur 26 mentok-mentok, saya akan menghadiahi diri saya sendiri 1 buku dahulu. 1 buku tulisan saya sendiri. Bismillah. HAHA.

Dan karena saya malas menjawab perihal "kapan nikah?" Yak, society kita tuh gitu tuh, pertanyannya adalah "kapan nikah?" ntar setelah nikah, "kapan punya momongan?" dih. Siapa yang ngelakoni, kok situ tanya-tanya terus? Ini hidup siapa sih? Terserah saya dong. Sekarang saya punya jawaban dan doa.

2. Saya akan menikah setelah buku pertama saya terbit. HAHA.

Itu doa kan bo'? Doakan saja deh, mempercepat kebaikan. =,)

Sebenernya ini terinspirasi oleh adik teman SMA saya, Najmalinda Zenitha:
"Guess what? I open my dream book, that I had not open for around a year or a year and half. I read a dream on it that said "Jalan2 keliling eropa Juli 2012". Well, I forget that i ever wrote that dream, specifically i forgot when i want to realize it. It didnt literally happen on July, but on August.But I rather shock on the power of writing our dreams. I wrote that dream, and it does really happen. Subhanallah :"))"
Terima kasih. Semoga simpanan ini, cepat mengebul, bul, bul.