Rabu, 21 November 2012

Hari Meminta Ijin



oleh Failasufa Karima A.N.




Besok adalah hari Jumat, 15 November 2012. Dalam kalender Islam artinya tanggal 1 Muharram 1434 Hijriah. Dalam kalender Jawa artinya tanggal 1 Suro―yang kadang dikeramatkan. Dalam kalender negeri Indonesia artinya tanggal merah. Merah yang dinanti. Merah yang berhenti, grak!


Hari ini, aku bangun terlambat. Sebenarnya memang sudah biasa untuk bangun terlambat. Atau memang selalu sengaja untuk bangun terlambat. Keadaan pun seperti biasa. Selalu ada buku yang terbuka halamannya, di samping laptop di atas meja. Selalu ada gunungan cucian di belakang pintu. Dan selalu ada buah naga dan susu kedelai di atas rak sepatu telah siap sebagai sarapan pagi―setelah minum segelas air putih, menyisir rambut, dan gosok gigi.


Namaku Suharini. Kata bapak ibuku, arti namaku adalah kebaikan hari ini. Su artinya baik. Harini adalah singkatan dari hari ini. Jadi, hari ini selalu baik. Hari ini. Ini. Ini. Setiap hari selalu baik. Entah mengapa aku anak tahun 1989-an, masih saja dinamai dengan awalan Su, dan hanya satu kata. Suharini. Hanya itu.


Ibuku tak pernah mengajari untuk berbohong. Bapakku pun tidak. Mereka berdua sangat melaknatnya. Apalagi Tuhan. Ia melarang keras ajaran kebohongan. Dan aku pun malas untuk dikatai munafik atau pembohong. Namun, aku manusia. Sering sekali khilaf. Aku memang tak gemar berbohong. Namun aku sungguh gemar mencari celah untuk menciptakan kalimat umum sehingga menghasilkan banyak tafsiran.


Tok tok tok. Tok tok tok TOK. TOK. TOK. TOK. TOK. TOK.


“Har, Har, tangi Har! Jam wolu Har...” Taufik mengetuk pintu kamar sembarangan seenak udel. Tangan tak bertanggung jawab.


Kaget. Mataku terbelalak lima detik untuk menengok pada jam HP di sudut meja―sekarang HP bermultifungsi, jam dinding dan weker dimerger ringkas ke dalam sepaket mobile phone. Lalu. Sialan. Ia membohongiku. Sekarang jam 07.02 WIB. Alarm berjalan itu berhasil membangunkanku satu jam lebih pagi daripada biasanya. Aku tidur lagi. Tidak. Tidak jadi. Aku teringat pekerjaanku yang belum selesai. Kurang tiga bab terakhir lagi, selesai.


08.25 WIB :
Tujhe dekha to yeh jaana sanam...
Pyar hota hai deewana sanam...

Alarm Pengingat berbunyi. Memang sengaja agar bunyinya norak seperti itu―norak-norak merdu. Biar minta kuperhatikan. Begitu konsepnya. Bertuliskan: